Drama Anak Tantrum Ogah Sekolah, Damkar Kuningan Ikut Turun Tangan!

Drama Anak Tantrum Ogah Sekolah – Kuningan, Jawa Barat – Siapa sangka, suara tangisan anak kecil bisa membuat geger satu kampung dan memanggil pasukan yang biasanya berjibaku dengan api. Tapi bukan kebakaran yang terjadi, melainkan ledakan emosi dari seorang bocah yang ogah sekolah. Drama ini berlangsung di salah satu permukiman padat penduduk di wilayah Kuningan, ketika seorang anak laki-laki berusia sekitar 7 tahun mendadak mengamuk hebat saat hendak diajak berangkat sekolah oleh orang tuanya.

Suara jeritan, lemparan benda, hingga aksi membanting tubuh ke lantai membuat warga sekitar panik. Tak tanggung-tanggung, karena khawatir anak mengalami gangguan serius atau mencederai dirinya sendiri, pihak keluarga akhirnya meminta bantuan… dari Dinas Pemadam Kebakaran Kuningan! Ya, betul. Damkar!

Damkar Bukan Cuma Padam Api, Tapi Juga Api Emosi

Mungkin terdengar absurd, tapi faktanya, Damkar Kuningan punya layanan unik: penyelamatan non-kebakaran, termasuk penanganan kasus psikologis ringan di lapangan. Petugas datang lengkap dengan seragam, mobil operasional, dan… segudang kesabaran. Tidak ada kobaran api, tapi ada kobaran amarah kecil yang tak kalah sulit dipadamkan.

Petugas Damkar yang turun langsung menjelaskan bahwa ini bukan kasus pertama mereka menangani anak tantrum. Beberapa bahkan menyebutkan telah menerima lebih dari lima laporan serupa selama tahun ini. Ternyata, keberadaan petugas berseragam merah yang tegas tapi ramah ini justru memberi efek psikologis yang menenangkan. Anak yang awalnya mengamuk tanpa kendali, perlahan-lahan tenang saat “pahlawan” itu mengajaknya bicara sambil memainkan trik komunikasi persuasif.

Baca juga: https://yayasan-pesantrenyatim-nurulmuslimin.org/

Orang Tua Panik, Sistem Pendidikan Gagal Pahami Anak?

Kejadian ini memunculkan pertanyaan besar: mengapa sampai butuh Damkar untuk meredakan amukan anak kecil? Di mana peran guru, konselor, atau bahkan sistem pendidikan yang seharusnya memahami psikologis anak usia dini?

Kasus ini membuka borok lama: tekanan masuk sekolah terlalu dini tanpa kesiapan emosional anak. Orang tua pun kadang tak punya bekal menghadapi tantrum berat. Daripada menggunakan pendekatan yang empatik, banyak yang memilih paksaan. Alhasil, ketika anak merasa terancam, reaksi terbesarnya adalah perlawanan brutal.

Damkar: Solusi atau Alarm Bahaya Sistem yang Lumpuh?

Tepuk tangan memang pantas di berikan untuk Damkar Kuningan yang tak cuma sigap memadamkan api tapi juga sabar menghadapi drama psikologis bocah. Namun ini juga jadi alarm keras bahwa ada yang salah dalam penanganan mental anak usia dini. Jika layanan darurat jadi andalan terakhir untuk masalah emosional anak, maka kita sedang berada di tengah krisis pemahaman akan tumbuh kembang anak yang sehat.

Bukan hanya anak yang butuh ditenangkan, tapi sistem yang butuh di reformasi. Kalau tidak, jangan heran jika ke depan, petugas Damkar bakal lebih sering di panggil bukan untuk padamkan kebakaran, tapi untuk jadi “pemadam tantrum” anak-anak yang di telan sistem yang tak peduli.